Senin, 01 April 2013

Hunting - Sabotase dan Perang Harga


Menjadi pedagang itu tidak semata-mata bisa menjual, laris, dan mendapat untung. Urusan selesai. Buntutnya masih panjang. Sebab dalam Islam, berdagang adalah bagian dari muamalah, yaitu hukum Alloh SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, kaitannya dalam urusan duniawi dan pergaulan sosial. Karena itu, banyak hal yang harus kita pelajari dan ketahui, supaya kita tahu etikanya, tahu halal-haramnya.
Sebagai umat Islam, tentu saja contoh yang saya ikuti adalah Rasulullah. Beliau sudah mulai berdagang sejak usia 12 tahun, hingga usia 40 tahun kalau tidak salah. Di usia 25 tahun, Rasulullah sudah menjadi pedagang sukses, yang terkenal di dunia internasional kala itu. Keren ya? ^^

Jual beli/perdagangan merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam Islam. Dalam sebuah ayat, Alloh SWT berfirman “...Alloh telah menghalalkan jual beli..” (Q.S 2 : 275). Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki adalah melalui pintu dagang. Tentu teman-teman sudah sering mendengar hal ini... Ini artinya, aktifitas dagang sangat dianjurkan dalam Islam. Melalui jalan inilah, pintu-pintu rejeki akan di buka, sehingga karunia Alloh terpancar. Namun, perlu disadari, bahwa jual beli yang dihalalkan oleh Alloh adalah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan-Nya. Meskipun, ada banyak hal yang sering dilakukan oleh orang-orang ketika berbisnis, dan hal itu dianggap sudah biasa...tapi kalau dalam tuntunan Islam hal itu tidak boleh, ya haram hukumnya.

Mari kita lihat visi Rasulullah dalam berdagang :
“Bahwa transaksi bisnis sama sekali tidak ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi, namun justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan etika yang tinggi. Adapun hasil yang di dapat harus didistribusikan ke sebanyak mungkin umat”.

Lihat, dengan ETIKA YANG TINGGI. Jadi, beliau sangat menjunjung tinggi etika. Dan itu menjadi salah satu kunci kesuksesan bisnis beliau.

Sekarang kita masuk ke inti obrolan...
Beberapa fenomena, yang menurut pandangan saya itu tidak salah, tapi tidak beretika dan bisa berujung ketidakberkahan, karena banyak dapak negatifnya. Meskipun, bagi banyak orang hal itu lumrah di dunia perdagangan online. Apa sih?... Ini lhooo...
  • Menyabotase calon pembeli saingan dagang kita
  • Menurunkan/banting harga yang tidak wajar/di bawah ambang batas harga normal.
Mulai dengan poin pertama, menyabotase calon pelanggan saingan dagang.
Menyabotase calon pelanggan lapak saingan kita (Si B). Dengan cara yang halus tentunya. Sangat halus, sampai-sampai kita mengira hal seperti itu sah dan tidak masalah.

Contoh cara yang umum di pakai :
Si B, saingan kita, menjual barang yang sama dengan dagangan kita. Anggap saja barang tersebut adalah paket belajar. Kita merasa tidak senang dan terancam karena ada saingan. Khawatir kalau calon pelanggan kita membeli paket belajar si B. Lalu, kita rajin mengamati dan mengunjungi lapak si B (Ini medianya Facebook ya..). Dan ternyata, paket belajar si B banyak yang meminati. Bisa kita lihat dari komentar-komentar pengunjung yang panjangnya sampai 1 meter. Brarti, ada kemungkinan paket belajar si B laris. Sementara, paket belajar di lapak kita kurang populer. Atau, sebenarnya di lapak kita penjualan sudah bagus, tapi kita tidak senang kalau melihat orang lain, saingan kita...terutama si B (yang kita anggap rival berat) dagangannya laris.
Lalu, kita ‘ambil’ atau giring calon-calon pelanggan tersebut ke lapak kita. Caranya mudah... Lihat saja orang-orang yang komentar di bawah foto produk paket belajar, kita inbox satu persatu, kita tawari barang yang sama, tapi harganya lebih murah daripada lapak si B.
Secara teori, hal yang kita lakukan tersebut tidak salah. Kenapa? Kan belum terjadi ikatan apa-apa antara calon pelanggan dan Si B. (dengan catatan, tidak disertai aktifitas menjelek-jelekkan barang/personal Si B lho ya. Kalau sudah sampai tahap itu, ranah pidana namanya, pasal 310, pencemaran nama baik...hehehe). Baru tanya ongkir doang kok.. Jadi, secara hukum juga tidak ada sanksi. Tapi...tentu saja hal itu menjadikan orang lain tidak nyaman. Siapa yang tidak nyaman? Si B, saingan kita dan calon pembeli yang kita giring itu tadi.
Kan lewat inbox, semestinya Si B tidak tahu dong gerakan bawah tanah kita. Lagipula, masak iya...calon pelanggan malah menjadi tidak nyaman. Kan kita tawari harga lebih murah. Siapa bilang?! Sudah banyak pelajaran nyata tentang hal ini. Apapun yang kita lakukan, kalau mengarah kepada ketidakbenaran, dan kita menyangka itu tidak akan ketahuan pihak terkait, itu salah. Justru pasti terungkap. Misal, copas foto. Kalau di logika, akan susah sekali kita menemukan orang yg mengcopas foto kita. Karena ada jutaan orang, jutaan akun. Tapi, hampir selalu adaa saja teman yang melihat dan “lapor” ke kita. Itu sudah cukup menjadi bukti, alam itu selalu membuka tabir ketidakbenaran...cepat ataupun lambat ^^. Kembali ke masalah terungkapnya inbox. Banyak calon pelanggan, yang tanpa diminta, memberi informasi bahwa dia diinbox oleh seseorang dan ditawari harga yang lebih murah.. Padahal...calon pelanggan tersebut ditawari harga murah lho, bukan dikata-katai. Kok ya malah laporan kepada “korban sabotase”? Semestinya dia diam saja, dan beli di lapak yang menawarkan harga murah tersebut. Ngapain repot-repot laporan...toh, dia tidak mendapat keuntungan apa-apa (atau dapat potongan harga). Ini membuktikan (sekali lagi bukti)...bahwa tidak semua orang/calon pelanggan itu senang/tertarik dengan harga murah. Calon pelanggan lebih melihat CARA kita. Dan kalau calon pelanggan tersebut peduli dengan etika, dia malah akan menjadi tidak nyaman + tidak suka dengan cara kita. Selanjutnya, BAD POIN untuk kita.

Namun, tentu saja ada calon pelanggan yang hanya peduli dengan harga murah. Kita mudah mnggiringnya ke lapak kita. Nah, Si B, saingan kita, yang tahu kita melakukan gerakan bawah tanah, pasti merasa tidak nyaman. Merasa marah, merasa di serang, di tusuk dari belakang. Tapi bisa juga cuek-cuek saja.
Sebenarnya, untuk sampai ke tahap marah itu kita belum berhak lho, apalagi melabrak. Seperti yang saya tulis di awal tadi, secara teori itu tidak salah. Kalau kita marah-marah, bahkan melabrak...apanya yang mau disalahkan? Karena merebut calon pelanggan? Memang calon pelanggan tadi sudah membuat kesepakatan dengan kita? Sudah memasukkan orderan? Belum kan?! Dia baru tanya ongkir dan warna lain kok.. Dan, kalaupun calon pelanggan pindah ke lapak penyabot, itu juga hak calon pelanggan. Malah buang-buang energi kalau kita ngamuk-ngamuk. Memang, rasanya seperti didzolimi. Tapi sadarilah...bahwa tanpa disabotase pun, kalau calon pelanggan tahu lapak lain harganya lebih murah dan lebih bagus, dia juga tidak akan belanja di lapak kita. Tidak ada bedanya kan?! Kalau Alloh menghendaki itu bukan rejeki kita, mau disabotase/tidak...ya tidak akan belanja di lapak kita. Lalu kenapa hal itu bisa membuat kita emosi? Ya, karena caranya. Rasulullah/Islam tidak pernah memberi contoh untuk melakukan hal itu. Karena, cara seperti itu bisa membuat orang lain tidak nyaman/menganggu orang lain.

Rasulullah bisa mendapatkan pelanggan dengan cara merebut mind share, market share, dan heart share, tanpa merugikan pihak lain. Beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern, yaitu :
  • Kepuasan pelanggan
  • Pelayanan yang unggul
  • Kemampuan
  •  Efisiensi
  • Transparansi (kejujuran)
  • Persaingan sehat dan kompetitif
Ternyata, prinsip transparansi (kejujuran) beliau itu menjadi pemasaran yang efektif untuk menarik banyak pelanggan. Sehingga JUJUR menjadi brand kuat bagi Rasulullah. Tanpa perlu susah-susah cari investor atau pelanggan, apalagi pakai acara hunting dan sabot...Rasulullah selalu dicari-cari pelanggan. Enak kan kalau kita bisa seperti beliau? :)

Jadi, bagaimana sikap kita jika ada pesaing yang hunting dan menggiring calon pelanggan ke lapaknya? Kalem saja... Rejeki tidak akan tertukar. Akan buang-buang energi kalau kita marah-marah. Lha wong calon pelanggan baru melihat-lihat isi toko kita...lalu dia keluar, karena mendengar teriakan “diskon..diskoon”..dari toko depan kita. Apa ya kita akan marah-marah ke toko depan, “jangan teriak-teriak/promosi doong! Nih, pelangganku jadi kabur!” Analoginya kan seperti itu... Sudahlah... Jadikan hal ini sebagai ALASAN untuk memacu diri dan usaha kita lebih baik. Kembangkan kemampuan dan kapasitas sehebat mungkin, sehingga pelanggan sudah tidak berminat lagi pindah belanja ke lapak lain. Dan, si penginbox itu pun jauh tertinggal, karena andalannya hanya harga murah. Dia tidak mungkin bisa berinovasi lain, buktinya..dia melakukan hal yang tidak smart untuk menjaring pelanggan. Jadi jangan khawatir...orang semacam itu akan susah berkembang. Sudah dia banting harga murah, pelanggannya sedikit pula. Apa tidak mengenaskan nasibnya?

Kepada sang penginbox, cara anda secara hukum tidak salah. Tapi tidak sportif, membuat orang lain tidak nyaman, bisa menimbulkan perpecahan, dan bad poin bagi anda. Jika dampaknya sebanyak itu, berarti tidak baik pula untuk dipraktekkan. Dan, jangan di kira orang lain tidak tahu. Banyak calon pelanggan yang tanpa di minta, memberikan info mengenai aktifitas anda. Dalam perdagangan online, pelanggan biasanya lebih menilai cara anda, daripada harga anda ^^

Poin kedua, perang harga.
Nhaa...kalau ini sepertinya sensitif, dan akan membuat banyak orang jadi gimanaa gitu.
Tahu kan ya arti perang harga? Masing-masing pedagang menurunkan harga serendah-rendahnya, dengan tujuan meraih pelanggan sebanyak-banyaknya atau kalau perlu bisnis saingan kita mati. 
Perang harga berkaitan erat dengan persaingan bisnis.

Ketika kita berdagang/berbisnis, akan berhubungan dengan pihak lain, seperti rekan bisnis dan pesaing bisnis. Dalam ajaran Islam, terdapat aturan-aturan dan falsafah, bahwa kita semua adalah keluarga. Seperti sabda Rasulullah, “Jadilah kalian hamba-haba Alloh yang bersaudara”. Maka, dalam Islam, persaingan itu tidak diartikan sebagai usaha untuk mematikan pesaing lainnya. Tapi dilakukan untuk memberikan sesuatu yang terbaik  dari usaha bisnisnya.

Dua pandangan tentang pesaing bisnis kita.
Pandangan lama :
         - Yang lain adalah musuh saya 
       - Nama permainan ini adalah kemenanga
       - Saya lebih baik daripada mereka 
       - Saya terpisah dari yang lain

Pandangan baru : 
- Yang lain adalah patokan saya 
- Nama permainan ini adalah pembangunan terus menerus 
- Saya adalah sesuatu yang penting 
- Saya adalah bagian dari komunitas

Rasulullah memberikan contoh bagaimana bersaing yang baik ketika berdagang. Rasul tidak pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaing bisnisnya. Yang dilakukan beliau adalah memberikan service sebaik-baiknya dan jujur dengan kualitas barang dagangannya.
Namun, yang terlihat saat ini di sekeliling kita berbeda dengan cara Rasulullah tersebut. Teman-teman banyak yang menggunakan strategi banting harga. Padahal itu adalah cara kuno, cara tidak cerdas, dan cara yang merugikan diri sendiri.

Motif banting harga itupun beragam :
  1. Bertujuan untuk menarik pelanggan sebanyak-banyaknya, laris dagangannya.
  2. Menaikkan popularitas/prestise saja (ada lhoo yang punya tujuan seperti ini. Karena dia sebenarnya sudah berlimpah materi, dan bisnis ini hanya untuk mengisi waktu luang dan menunjukkan eksistensi diri)
  3. Supaya pesaing kita tidak laku dagangannya (mematikan saingan)
  4. Supaya kita menjadi satu-satunya yang menguasai perdagangan tersebut
  5. Cuci gudang, karena akhir tahun atau beralih profesi
  6. Mendapat barang dari pusatnya langsung, jadi bisa mendapatkan harga kulakan yang super murah. Sehingga bisa menjual ke pasar dengan harga murah pula
  7. Punya prinsip, “ngambil untung dikit aja, yang penting laku banyak”
  8. Memang tidak tahu cara menentukan harga.
Sebentaaarrr... yang merasa melakukan poin 5-8, jangan siap-siap menghujat. Poin 5-8 itu pengecualian.

Ketika kita membanting harga, sehingga harga tersebut terlalu murah di pasaran, kita sedang melakukan apa yang di sebut merusak harga pasar.

Ada cerita di jaman Rasulullah.
Dikisahkan,ketika beliau masih di Mekah, para pedagang dari kaum Quraish ingin menjatuhkan bisnis Rasulullah dengan cara membanting harga secara tidak wajar. Dengan harapan, barang dagangan Rasulullah menjadi tidak laku, karena semua orang pasti lebih memilih membeli kepada mereka. Rasulullah tahu hukum suply and demand. Beliau sudah menyiapkan siasat dan bersabar. Akhirnya, semua dagangan kompetitor Rasulullah habis. Beliau pun menggelar dagangannya, karena percaya...di kota tersebut, jumlah permintaan (demand) jauh lebih tinggi dari jumlah penawaran (suply). Benar, nggak pake lama, warga kota menyerbu dagangan Rasulullah. Padahal beliau menjual dengan harga normal. Ketika rombongan pedagang itu pulang  ke Mekah, kegemparan terjadi. Semua pedagang rugi akibat banting harga, kecuali Rasulullah yang untung besar.

Nah..dari cerita di atas, bisa kita ambil pelajaran kan? Banting harga itu hanya akan menguntungkan kita di awal, tapi selanjutnya kita sendiri yang rugi. Kalau untuk kelas perintis seperti kita, metode banting harga demi meraih banyaknya pelanggan malah akan membuat kita makin ngos-ngosan. Kenapa? Modal kita saja masih kecil, masak mencari keuntungan juga sangat kecil. Susah berkembang. Lapak kita ramai hanya akan sebentar, selanjutnya..tanpa ada inovasi, hanya modal harga murah saja, lapak kita akan menjadi salah satu dari sekian ribu lapak STD (standar) atau biasa-biasa saja di dunia. Ini bukan berarti saya berpendapat bahwa kita harus mencari keuntungan besar dalam setiap transaksi. Bukan seperti itu... Ada batasan minimal dalam mencari keuntungan, supaya kita bisa bertahan dan berkembang. Jadi, kalau kita mengambil keuntungan jauh di bawah batas minimal tersebut, yang ada terseok-seok, atau bahkan mati suri sekalian (hidup segan, mati tak hendak). Maka, harga super murah bukan satu-satunya cara untuk menonjolkan bisnis kita. Ada cara lain yang lebih sehat dan langgeng. Yaitu seperti cara-cara Rasulullah yang saya sebutkan di atas.

Untuk beberapa barang, saya bisa mendapatkan harga sangat murah. Dan ketika saya hitung-hitung, harga jual ecernya masih jauh lebih murah daripada harga kompetitor. Yang saya lakukan adalah menyesuaikan, paling memberi selisih harga yang masih wajar, atau potongan khusus jika pelanggan membeli dalam jumlah banyak. Ada banyak keuntungan immateriil yang saya dapatkan dengan melakukan hal itu.
  • Kita bisa memberikan harga lebih murah kepada pelanggan
  • Saya tidak merusak harga pasaran
  • Hubungan dengan kompetitor terjaga baik
  • Bentuk kepedulian kita terhadap kompetitor kita.
Kompetitor kok dipedulikan sih? Lain waktu saya akan ngobrol masalah kompetitor.
Ini dahi saya sudah panas, karena diajak berpikir keras.... hehehehehe.

Salam
Oleh : Prapti Kusumastuti ( www.nupinupi.com )

Tidak ada komentar: