Menjadi pedagang itu
tidak semata-mata bisa menjual, laris, dan mendapat untung. Urusan selesai.
Buntutnya masih panjang. Sebab dalam Islam, berdagang adalah bagian dari
muamalah, yaitu hukum Alloh SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia,
kaitannya dalam urusan duniawi dan pergaulan sosial. Karena itu, banyak hal
yang harus kita pelajari dan ketahui, supaya kita tahu etikanya, tahu
halal-haramnya.
Sebagai umat Islam,
tentu saja contoh yang saya ikuti adalah Rasulullah. Beliau sudah mulai
berdagang sejak usia 12 tahun, hingga usia 40 tahun kalau tidak salah. Di usia
25 tahun, Rasulullah sudah menjadi pedagang sukses, yang terkenal di dunia internasional
kala itu. Keren ya? ^^
Jual
beli/perdagangan merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam Islam. Dalam sebuah
ayat, Alloh SWT berfirman “...Alloh telah menghalalkan jual beli..” (Q.S 2 :
275). Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rejeki adalah melalui pintu dagang. Tentu teman-teman sudah sering mendengar
hal ini... Ini artinya, aktifitas dagang sangat dianjurkan dalam Islam. Melalui
jalan inilah, pintu-pintu rejeki akan di buka, sehingga karunia Alloh terpancar.
Namun, perlu disadari, bahwa jual beli yang dihalalkan oleh Alloh adalah yang
dilakukan sesuai dengan tuntunan-Nya. Meskipun, ada banyak hal yang sering
dilakukan oleh orang-orang ketika berbisnis, dan hal itu dianggap sudah
biasa...tapi kalau dalam tuntunan Islam hal itu tidak boleh, ya haram hukumnya.
Mari kita lihat visi
Rasulullah dalam berdagang :
“Bahwa transaksi
bisnis sama sekali tidak ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi, namun justru
untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan etika yang tinggi.
Adapun hasil yang di dapat harus didistribusikan ke sebanyak mungkin umat”.
Lihat, dengan ETIKA
YANG TINGGI. Jadi, beliau sangat menjunjung tinggi etika. Dan itu menjadi salah
satu kunci kesuksesan bisnis beliau.
Sekarang kita masuk
ke inti obrolan...
Beberapa fenomena,
yang menurut pandangan saya itu tidak salah, tapi tidak beretika dan bisa
berujung ketidakberkahan, karena banyak dapak negatifnya. Meskipun, bagi banyak
orang hal itu lumrah di dunia perdagangan online. Apa sih?... Ini lhooo...
- Menyabotase calon pembeli saingan dagang kita
- Menurunkan/banting harga yang tidak wajar/di bawah ambang batas harga normal.
Mulai dengan poin pertama, menyabotase calon pelanggan
saingan dagang.
Menyabotase calon
pelanggan lapak saingan kita (Si B). Dengan cara yang halus tentunya. Sangat
halus, sampai-sampai kita mengira hal seperti itu sah dan tidak masalah.
Contoh cara yang
umum di pakai :
Si B, saingan kita,
menjual barang yang sama dengan dagangan kita. Anggap saja barang tersebut
adalah paket belajar. Kita merasa tidak senang dan terancam karena ada saingan.
Khawatir kalau calon pelanggan kita membeli paket belajar si B. Lalu, kita
rajin mengamati dan mengunjungi lapak si B (Ini medianya Facebook ya..). Dan
ternyata, paket belajar si B banyak yang meminati. Bisa kita lihat dari
komentar-komentar pengunjung yang panjangnya sampai 1 meter. Brarti, ada
kemungkinan paket belajar si B laris. Sementara, paket belajar di lapak kita
kurang populer. Atau, sebenarnya di lapak kita penjualan sudah bagus, tapi kita
tidak senang kalau melihat orang lain, saingan kita...terutama si B (yang kita
anggap rival berat) dagangannya laris.
Lalu, kita ‘ambil’
atau giring calon-calon pelanggan tersebut ke lapak kita. Caranya mudah... Lihat
saja orang-orang yang komentar di bawah foto produk paket belajar, kita inbox
satu persatu, kita tawari barang yang sama, tapi harganya lebih murah daripada
lapak si B.
Secara teori, hal
yang kita lakukan tersebut tidak salah. Kenapa? Kan belum terjadi ikatan
apa-apa antara calon pelanggan dan Si B. (dengan catatan, tidak disertai
aktifitas menjelek-jelekkan barang/personal Si B lho ya. Kalau sudah sampai
tahap itu, ranah pidana namanya, pasal 310, pencemaran nama baik...hehehe).
Baru tanya ongkir doang kok.. Jadi,
secara hukum juga tidak ada sanksi. Tapi...tentu saja hal itu menjadikan orang
lain tidak nyaman. Siapa yang tidak nyaman? Si B, saingan kita dan calon
pembeli yang kita giring itu tadi.
Kan lewat inbox,
semestinya Si B tidak tahu dong gerakan bawah tanah kita. Lagipula, masak
iya...calon pelanggan malah menjadi tidak nyaman. Kan kita tawari harga lebih
murah. Siapa bilang?! Sudah banyak pelajaran nyata tentang hal ini. Apapun yang
kita lakukan, kalau mengarah kepada ketidakbenaran, dan kita menyangka itu
tidak akan ketahuan pihak terkait, itu salah. Justru pasti terungkap. Misal,
copas foto. Kalau di logika, akan susah sekali kita menemukan orang yg
mengcopas foto kita. Karena ada jutaan orang, jutaan akun. Tapi, hampir selalu
adaa saja teman yang melihat dan “lapor” ke kita. Itu sudah cukup menjadi
bukti, alam itu selalu membuka tabir ketidakbenaran...cepat ataupun lambat ^^. Kembali
ke masalah terungkapnya inbox. Banyak calon pelanggan, yang tanpa diminta,
memberi informasi bahwa dia diinbox oleh seseorang dan ditawari harga yang
lebih murah.. Padahal...calon pelanggan tersebut ditawari harga murah lho,
bukan dikata-katai. Kok ya malah laporan kepada “korban sabotase”? Semestinya
dia diam saja, dan beli di lapak yang menawarkan harga murah tersebut. Ngapain
repot-repot laporan...toh, dia tidak mendapat keuntungan apa-apa (atau dapat
potongan harga). Ini membuktikan (sekali lagi bukti)...bahwa tidak semua
orang/calon pelanggan itu senang/tertarik dengan harga murah. Calon pelanggan
lebih melihat CARA kita. Dan kalau calon pelanggan tersebut peduli dengan
etika, dia malah akan menjadi tidak nyaman + tidak suka dengan cara kita.
Selanjutnya, BAD POIN untuk kita.
Namun, tentu saja
ada calon pelanggan yang hanya peduli dengan harga murah. Kita mudah
mnggiringnya ke lapak kita. Nah, Si B, saingan kita, yang tahu kita melakukan
gerakan bawah tanah, pasti merasa tidak nyaman. Merasa marah, merasa di serang,
di tusuk dari belakang. Tapi bisa juga cuek-cuek saja.
Sebenarnya, untuk
sampai ke tahap marah itu kita belum berhak lho, apalagi melabrak. Seperti yang
saya tulis di awal tadi, secara teori itu tidak salah. Kalau kita marah-marah,
bahkan melabrak...apanya yang mau disalahkan? Karena merebut calon pelanggan?
Memang calon pelanggan tadi sudah membuat kesepakatan dengan kita? Sudah memasukkan
orderan? Belum kan?! Dia baru tanya ongkir dan warna lain kok.. Dan, kalaupun
calon pelanggan pindah ke lapak penyabot, itu juga hak calon pelanggan. Malah
buang-buang energi kalau kita ngamuk-ngamuk.
Memang, rasanya seperti didzolimi. Tapi sadarilah...bahwa tanpa disabotase pun,
kalau calon pelanggan tahu lapak lain harganya lebih murah dan lebih bagus, dia
juga tidak akan belanja di lapak kita. Tidak ada bedanya kan?! Kalau Alloh
menghendaki itu bukan rejeki kita, mau disabotase/tidak...ya tidak akan belanja
di lapak kita. Lalu kenapa hal itu bisa membuat kita emosi? Ya, karena caranya.
Rasulullah/Islam tidak pernah memberi contoh untuk melakukan hal itu. Karena,
cara seperti itu bisa membuat orang lain tidak nyaman/menganggu orang lain.
Rasulullah bisa
mendapatkan pelanggan dengan cara merebut mind
share, market share, dan heart share, tanpa merugikan pihak lain. Beliau
melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern, yaitu :
- Kepuasan pelanggan
- Pelayanan yang unggul
- Kemampuan
- Efisiensi
- Transparansi (kejujuran)
- Persaingan sehat dan kompetitif
Ternyata, prinsip
transparansi (kejujuran) beliau itu menjadi pemasaran yang efektif untuk menarik
banyak pelanggan. Sehingga JUJUR menjadi brand kuat bagi Rasulullah. Tanpa
perlu susah-susah cari investor atau pelanggan, apalagi pakai acara hunting dan
sabot...Rasulullah selalu dicari-cari pelanggan. Enak kan kalau kita bisa
seperti beliau? :)
Jadi, bagaimana
sikap kita jika ada pesaing yang hunting dan menggiring calon pelanggan ke
lapaknya? Kalem saja... Rejeki tidak akan tertukar. Akan buang-buang energi
kalau kita marah-marah. Lha wong calon pelanggan baru melihat-lihat isi toko
kita...lalu dia keluar, karena mendengar teriakan “diskon..diskoon”..dari toko
depan kita. Apa ya kita akan marah-marah ke toko depan, “jangan
teriak-teriak/promosi doong! Nih, pelangganku jadi kabur!” Analoginya kan
seperti itu... Sudahlah... Jadikan hal ini sebagai ALASAN untuk memacu diri dan
usaha kita lebih baik. Kembangkan kemampuan dan kapasitas sehebat mungkin,
sehingga pelanggan sudah tidak berminat lagi pindah belanja ke lapak lain. Dan,
si penginbox itu pun jauh tertinggal, karena andalannya hanya harga murah. Dia
tidak mungkin bisa berinovasi lain, buktinya..dia melakukan hal yang tidak
smart untuk menjaring pelanggan. Jadi jangan khawatir...orang semacam itu akan
susah berkembang. Sudah dia banting harga murah, pelanggannya sedikit pula. Apa
tidak mengenaskan nasibnya?
Kepada sang
penginbox, cara anda secara hukum tidak salah. Tapi tidak sportif, membuat
orang lain tidak nyaman, bisa menimbulkan perpecahan, dan bad poin bagi anda. Jika dampaknya sebanyak itu, berarti tidak baik
pula untuk dipraktekkan. Dan, jangan di kira orang lain tidak tahu. Banyak
calon pelanggan yang tanpa di minta, memberikan info mengenai aktifitas anda.
Dalam perdagangan online, pelanggan biasanya lebih menilai cara anda, daripada
harga anda ^^
Poin kedua, perang harga.
Nhaa...kalau ini
sepertinya sensitif, dan akan membuat banyak orang jadi gimanaa gitu.
Tahu kan ya arti perang harga?
Masing-masing pedagang menurunkan harga serendah-rendahnya, dengan tujuan
meraih pelanggan sebanyak-banyaknya atau kalau perlu bisnis saingan kita mati.
Perang harga berkaitan erat dengan persaingan bisnis.
Ketika kita
berdagang/berbisnis, akan berhubungan dengan pihak lain, seperti rekan bisnis
dan pesaing bisnis. Dalam ajaran Islam, terdapat aturan-aturan dan falsafah,
bahwa kita semua adalah keluarga. Seperti sabda Rasulullah, “Jadilah kalian
hamba-haba Alloh yang bersaudara”. Maka, dalam Islam, persaingan itu tidak diartikan
sebagai usaha untuk mematikan pesaing lainnya. Tapi dilakukan untuk memberikan
sesuatu yang terbaik dari usaha
bisnisnya.
Dua pandangan
tentang pesaing bisnis kita.
Pandangan lama :
- Yang lain adalah
musuh saya
- Nama permainan ini adalah kemenangan
- Saya lebih baik daripada mereka
- Saya terpisah dari yang lain
- Nama permainan ini adalah kemenangan
- Saya lebih baik daripada mereka
- Saya terpisah dari yang lain
Pandangan baru :
- Yang lain adalah patokan saya
- Nama permainan ini adalah pembangunan terus menerus
- Saya adalah sesuatu yang penting
- Saya adalah bagian dari komunitas
- Yang lain adalah patokan saya
- Nama permainan ini adalah pembangunan terus menerus
- Saya adalah sesuatu yang penting
- Saya adalah bagian dari komunitas
Rasulullah
memberikan contoh bagaimana bersaing yang baik ketika berdagang. Rasul tidak
pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaing bisnisnya. Yang dilakukan
beliau adalah memberikan service sebaik-baiknya dan jujur dengan kualitas
barang dagangannya.
Namun, yang terlihat
saat ini di sekeliling kita berbeda dengan cara Rasulullah tersebut.
Teman-teman banyak yang menggunakan strategi banting harga. Padahal itu adalah
cara kuno, cara tidak cerdas, dan cara yang merugikan diri sendiri.
Motif banting harga
itupun beragam :
- Bertujuan untuk menarik pelanggan sebanyak-banyaknya, laris dagangannya.
- Menaikkan popularitas/prestise saja (ada lhoo yang punya tujuan seperti ini. Karena dia sebenarnya sudah berlimpah materi, dan bisnis ini hanya untuk mengisi waktu luang dan menunjukkan eksistensi diri)
- Supaya pesaing kita tidak laku dagangannya (mematikan saingan)
- Supaya kita menjadi satu-satunya yang menguasai perdagangan tersebut
- Cuci gudang, karena akhir tahun atau beralih profesi
- Mendapat barang dari pusatnya langsung, jadi bisa mendapatkan harga kulakan yang super murah. Sehingga bisa menjual ke pasar dengan harga murah pula
- Punya prinsip, “ngambil untung dikit aja, yang penting laku banyak”
- Memang tidak tahu cara menentukan harga.
Sebentaaarrr... yang
merasa melakukan poin 5-8, jangan siap-siap menghujat. Poin 5-8 itu pengecualian.
Ketika kita
membanting harga, sehingga harga tersebut terlalu murah di pasaran, kita sedang
melakukan apa yang di sebut merusak harga pasar.
Ada cerita di jaman
Rasulullah.
Dikisahkan,ketika
beliau masih di Mekah, para pedagang dari kaum Quraish ingin menjatuhkan bisnis
Rasulullah dengan cara membanting harga secara tidak wajar. Dengan harapan,
barang dagangan Rasulullah menjadi tidak laku, karena semua orang pasti lebih
memilih membeli kepada mereka. Rasulullah tahu hukum suply and demand. Beliau sudah
menyiapkan siasat dan bersabar. Akhirnya, semua dagangan kompetitor Rasulullah
habis. Beliau pun menggelar dagangannya, karena percaya...di kota tersebut,
jumlah permintaan (demand) jauh lebih tinggi dari jumlah penawaran (suply).
Benar, nggak pake lama, warga kota menyerbu dagangan Rasulullah. Padahal beliau
menjual dengan harga normal. Ketika rombongan pedagang itu pulang ke Mekah, kegemparan terjadi. Semua pedagang
rugi akibat banting harga, kecuali Rasulullah yang untung besar.
Nah..dari cerita di
atas, bisa kita ambil pelajaran kan? Banting harga itu hanya akan menguntungkan
kita di awal, tapi selanjutnya kita sendiri yang rugi. Kalau untuk kelas
perintis seperti kita, metode banting harga demi meraih banyaknya pelanggan
malah akan membuat kita makin ngos-ngosan. Kenapa? Modal kita saja masih kecil,
masak mencari keuntungan juga sangat kecil. Susah berkembang. Lapak kita ramai
hanya akan sebentar, selanjutnya..tanpa ada inovasi, hanya modal harga murah saja,
lapak kita akan menjadi salah satu dari sekian ribu lapak STD (standar) atau
biasa-biasa saja di dunia. Ini bukan berarti saya berpendapat bahwa kita harus
mencari keuntungan besar dalam setiap transaksi. Bukan seperti itu... Ada
batasan minimal dalam mencari keuntungan, supaya kita bisa bertahan dan
berkembang. Jadi, kalau kita mengambil keuntungan jauh di bawah batas minimal tersebut,
yang ada terseok-seok, atau bahkan mati suri sekalian (hidup segan, mati tak
hendak). Maka, harga super murah bukan satu-satunya cara untuk menonjolkan
bisnis kita. Ada cara lain yang lebih sehat dan langgeng. Yaitu seperti
cara-cara Rasulullah yang saya sebutkan di atas.
Untuk beberapa
barang, saya bisa mendapatkan harga sangat murah. Dan ketika saya
hitung-hitung, harga jual ecernya masih jauh lebih murah daripada harga
kompetitor. Yang saya lakukan adalah menyesuaikan, paling memberi selisih harga
yang masih wajar, atau potongan khusus jika pelanggan membeli dalam jumlah
banyak. Ada banyak keuntungan immateriil yang saya dapatkan dengan melakukan
hal itu.
- Kita bisa memberikan harga lebih murah kepada pelanggan
- Saya tidak merusak harga pasaran
- Hubungan dengan kompetitor terjaga baik
- Bentuk kepedulian kita terhadap kompetitor kita.
Kompetitor kok
dipedulikan sih? Lain waktu saya akan ngobrol masalah kompetitor.
Ini dahi saya sudah
panas, karena diajak berpikir keras.... hehehehehe.
Salam
Oleh : Prapti Kusumastuti ( www.nupinupi.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar